Home » Kongkow » Tahukah Kamu » Pernikahan Beda Agama Menurut Kristen

Pernikahan Beda Agama Menurut Kristen

- Sabtu, 28 Maret 2020 | 14:19 WIB
Perkawinan untuk melegalkan pernikahan beda agama memetik kontroversi di kalangan masyarakat. Ada yang setuju, tersedia yang menolak. Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah berharap supaya Mahkamah Konstitusi (MK) menampik permintaan ini. Lalu, bagaimana pandangan pemuka agama lain?

Pendeta Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Bandung Timur, Jerry TP Aruan secara tegas menunjukkan ketidaksetujuannya bersama permintaan uji materi yang diajukan oleh sejumlah alumnus dan mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI).

“Dari awal aku tidak sepakat bersama pernikahan beda agama, maka aku tidak sepakat bersama judicial liat tersebut,” ujar Jerry kepada hukumonline melalui sambunga telepon, Rabu pekan selanjutnya (10/9).

Jerry menyatakan sejak awal keberadaan gereja di Indonesia bukan miliki kemauan untuk berdiri sendiri dan berada di luar tuntutan pemerintah. Namun, lanjutnya, sekiranya merujuk kepada Injil Roma Pasal 13 disebutkan bahwa gereja dan pemerintah wajib bekerja sama.


“Ada otonomi tersendiri didalam sebuah gereja, begitu terhitung tersedia otonomi sendiri didalam negara yang tidak dicampuri oleh gereja, yang berarti kendati nantinya negara menyetujui pernikahan beda agama, gereja dapat membawa sikap untuk menolak,” tegasnya.

“Pemerintah didalam mengenai ini tidak dapat mencampuri otonomi yang tersedia di didalam agama tertentu,” tambahnya.

Menurut Jerry, pernikahan beda agama bagi pemeluk agama Kristen telah menyadari hukumnya, yakni tidak diizinkan. “Pada dasarnya aku berpendapat bahwa secara iman Kristen, pernikahan beda agama itu adalah suatu perihal yang tidak diizinkan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Jerry menyatakan bahwa tersedia dua syarat pernikahan di Gereja HKBP. Pertama, telah dibaptis (sesuatu yang telah pasti). Kedua, telah naik sidi atau lewat sistem katekisasi. “Orang yang telah naik sidi diakui telah dewasa secara Kristen. Artinya, telah mengenal ajaran kekristenan secara matang,” jelasnya.

Begitu terhitung sebaliknya. Seorang dapat senantiasa diakui anak-anak meski telah berusia tua sekiranya belum lewat naik sidi ini. Ia menyatakan sistem naik sidi atau katekisasi ini meliputi pendalaman firman Tuhan dan hal-hal yang mengenai bersama kehidupan sosial.


Jerry menyatakan bahwa dua syarat ini bersifat absolut. “Karena untuk menikah tersebut butuh kedewasaan iman. Tidak cuma bagi yang sudi menikah, bagi mereka yang belum sudi menikah pun butuh katekisasi supaya mereka jadi dewasa didalam iman kekristenannya,” tuturnya.

Dua syarat itu berlaku untuk pengantin pria dan perempuan. “Menikah tanpa kedua syarat tersebut dapat saja, tapi pernikahan tersebut tidak diberkati oleh pendeta. Dalam budaya Batak, tersedia yang namanya Pasu-Pasu Raja,” katanya.

Oleh karena itu, Jerry mengedepankan bahwa tidak barangkali terjadi pernikahan beda agama, lebih-lebih di Gereja HKBP. Ia menyatakan bahwa mengenai ini bukan cuma mengenai pendeta yang memberkati, tapi terhitung penerimaan umat pada pernikahan itu. Secara keimanan, lanjutnya, sebetulnya benada bahwa agama menyembah Tuhan yang satu, tapi pemahaman mengenai Ketuhanan itu berbeda-beda.

“Maka mustahil, dua orang yang tidak sama agama diberkati di sebuah gereja,” ujarnya.

Lalu, bagaimana bersama pernikahan antara pemeluk Kristen dan pemeluk Katolik?

Jerry meyakinkan bahwa Kristen dan Katolik terhitung diakui tidak sama agama. “Seorang Katolik yang sudi menikah bersama yang beragama Kristen terhitung wajib dibina dulu mengenai agama Kristen Protestan. Ini karena ajarannya kerap kadang tersedia yang berbeda. Ada doktrin-doktrin yang berbeda,” jelasnya.

Namun, lanjut Jerry, untuk orang yang beragama Katolik yang studi agama Kristen Protestan, dia tidak wajib membawa efek pernyataan bermaterai sebagaimana halnya bagi pemeluk agama lain. “Ini karena terdapatnya persamaan ajaran. Perbedaan antara Kristen Protestan bersama Katolik tidak sebesar perbedaan bersama agama lain,” tambahnya.


Jerry pun tidak lupa untuk berpesan kepada para pemuda-pemudi Kristen mengenai pernikahan beda agama ini. Ia menyatakan pada era berpacaran bersama seseorang yang miliki iman berbeda, cinta itu cuma manis di awalannya saja. Pandangan pertama itu senantiasa indah, tapi sementara meniti kehidupan, mereka dapat mendapatkan banyak masalah-masalah yang pelik.

“Sulit untuk menghadapi masalah-masalah yang pelik terkecuali iman mereka tidak satu,” pungkasnya.
Cari Artikel Lainnya