Home » Kongkow » kongkow » Italia: Tolong Belajar dari Kesalahan Kami. Ini Deretan Faktor di Balik Dampak Parah Corona di Sana

Italia: Tolong Belajar dari Kesalahan Kami. Ini Deretan Faktor di Balik Dampak Parah Corona di Sana

- Kamis, 26 Maret 2020 | 07:43 WIB
Italia: Tolong Belajar dari Kesalahan Kami. Ini Deretan Faktor di Balik Dampak Parah Corona di Sana

Saat ini virus corona sudah menyebar ke banyak negara. Salah satunya adalah Italia, negara dengan kasus kematian corona terbanyak di dunia, yaitu 6,820 orang. Bahkan angka tersebut sudah melebihi China yang merupakan sumber pandeminya. Menurut laporan CSSE JHU, kini ada 69.176 kasus corona di Italia yang diperkirakan masih akan terus meningkat.

Mengapa kondisi parah ini bisa terjadi di Italia? Ternyata penyebabnya adalah kondisi demografis dan kesalahan yang dilakukan pemerintah. Bahkan negara lain disebut-sebut bisa belajar dari keadaan di Italia. Mari simak selengkapnya.

Saat virus corona mulai merebak di Italia, pemerintah justru menggampangkan kondisi dan tidak cepat bertindak

Dilansir dari New York Times, ada lebih dari 400 kasus virus corona di Italia pada 27 Februari silam. Bahkan jumlah kematiannya telah mencapai dua digit. Namun dalam kondisi tersebut, pemerintah terkesan masih santai dan meminta orang-orang Italia untuk tidak mengubah kebiasaan atau lifestyle mereka sehari-hari. Mereka tidak cepat bertindak walaupun kondisi sudah gawat. Akibatnya, masyarakat yang harusnya waspada justru menjadi lengah pada virus corona.

Tak heran apabila sekitar 10 hari kemudian, jumlah penularan meningkat menjadi 5.883 kasus dan korban meninggal menjadi 233 orang. Barulah saat itu pemerintah menyatakan bahwa Italia terserang virus corona dan mulai mengambil tindakan.

Banyaknya populasi orang tua di Italia juga berpengaruh pada tingginya tingkat kematian akibat kasus virus corona. Apalagi banyak dari mereka tinggal dalam keluarga besar

Menurut laporan Statista, jumlah populasi di Italia yang berusia di atas 65 tahun terus meningkat. Bahkah jumlahnya mencapai 22,8% dari sekitar 60 juta jiwa pada 2019. Kondisi demografis ini sangat mengkhawatirkan dalam menghadapi virus corona. Pasalnya, virus tersebut lebih mudah menyerang orang tua karena kondisi imunitas yang lebih lemah. Itulah salah satu faktor yang diduga kuat menyebabkan angka kematian akibat virus corona di Italia, terutama wilayah bagian utara Lombardy, sangat tinggi.

Namun itu bukan berarti negara-negara yang mungkin populasinya tergolong muda seperti Indonesia, bisa bernapas lega. Banyak faktor lain yang mungkin juga bisa berpengaruh, World Health Organization (WHO) dan para pakar khawatir akan dampak virus corona jika sampai ke negara-negara yang memiliki kondisi seperti angka HIV-nya tinggi atau banyak kasus malnutrisi.

Setelah kondisi semakin parah, akhirnya pemerintah Italia melakukan lockdown secara bertahap. Namun tindakan ini dinilai terlambat

Italia melakukan tindakan pencegahan secara bertahap. Awalnya pemerintah mengisolasi sejumlah kota, lalu memperluasnya menjadi sejumlah daerah, dan akhirnya melakukan lockdown total pada 9 Maret silam. Orang-orang diimbau untuk tetap tinggal di rumah. Jika ada yang ketahuan keluar rumah tanpa alasan penting, maka bisa didenda. Berbagai fasilitas publik pun ditutup sementara kecuali apotek, bank, dan toko kelontong.

Sayangnya, pemerintah dianggap terlambat dalam menjalankan lockdown. Kasus virus corona sudah terlanjur banyak sehingga penyebarannya pun sangat cepat. Menanggapi hal tersebut, Walter Ricciardi selaku anggota dewan WHO berpendapat bahwa seharusnya lockdown di Italia dilakukan 10 hari lebih cepat. Pemerintah juga dinilai gagal menyampaikan pesan betapa mengancamnya kondisi tersebut sehingga masyarakat sulit mematuhi aturan.

Sebetulnya sistem kesehatan di Italia sudah cukup baik. Namun karena ada terlalu banyak pasien, tenaga medis pun kewalahan menangani

Sebagai salah satu negara maju, Italia sudah mempunyai fasilitas kesehatan yang cukup baik. Namun ternyata mereka kewalahan karena jumlah pasien virus corona begitu membludak. Apalagi banyak pasien yang sudah berusia lanjut sehingga butuh perawatan intensif. Kondisi ini semakin parah karena para dokter dan perawat tertular juga penyakit dari pasien. Sudah ada sekitar 2.000 tenaga medis di Italia yang terserang virus corona, seperti dikutip dari Telegraph.

Sederet kondisi itulah yang membuat jumlah kasus virus corona di Italia begitu banyak. Hal paling fatal adalah sikap pemerintah yang cenderung menggampangkan di awal dan terlambat bertindak. Italia berharap negara-negara lain bisa belajar dari apa yang terjadi di negaranya. Untuk tidak menganggap remeh atau bahkan masih berpikiran ini hanya flu biasa, juga untuk segera bertindak cepat dan agresif untuk menghentikan laju penularan virus.

Bukan gimana-gimana, sistem kesehatan Italia yang sering disebut terbaik di Eropa dan di dunia saja, akhirnya lumpuh akibat banyaknya pasien terinfeksi corona yang kebanyakan membutuhkan ruang isolasi dan ventilator. Sayangnya, kini beberapa negara Eropa seperti Spanyol tampaknya mulai mengalami hal yang sama dengan kondisi Italia seminggu yang lalu. Tragedi yang mengerikannya mungkin akan terus terulang, jika negara tidak bertindak agresif, taktis, dan efektif menghadapi pandemi ini. Kita juga harus melakukan tugas kita masing-masing, sebisa mungkin #dirumah aja, wajib jaga jarak 1-2 meter dengan orang lain, pastikan ikuti protokol kesehatan dan disinfeksi kalaupun tetap harus bekerja di di luar, serta jaga kesehatan jiwa raga. 

Cari Artikel Lainnya