Home » Kongkow » Kesehatan » Perbedaan Gangguan Tidur Hipersomnia dan Narkolepsi

Perbedaan Gangguan Tidur Hipersomnia dan Narkolepsi

- Selasa, 15 September 2020 | 17:00 WIB
Perbedaan Gangguan Tidur Hipersomnia dan Narkolepsi

Gangguan tidur narkolepsi terkenal dengan ciri khasnya yang memunculkan rasa kantuk berlebih yang tidak tertahankan dan membuatnya dinobatkan sebagai penyakit mudah tidur. Namun, terdapat juga gangguan tidur lain yang serupa, yaitu gangguan tidur hipersomnia.

Sekilas ciri khas gangguan tidur narkolepsi dan hipersomnia serupa, yaitu membuat penderitanya kesulitan untuk tetap terbangun di pagi dan siang hari. Namun, ternyata narkolepsi dan hipersomnia merupakan gangguan tidur yang berbeda.

Gangguan tidur terjadi karena adanya gangguan saraf sehingga menyebabkan pola tidur yang tidak normal

Apa perbedaan gangguan tidur narkolepsi dan hipersomnia?

Secara pengertian, gangguan tidur narkolepsi adalah gangguan tidur yang terjadi karena adanya gangguan pada saraf yang menyebabkan penderitanya memiliki pola tidur yang tidak normal.

Gangguan tidur narkolepsi merupakan gangguan tidur yang jarang terjadi dan umumnya muncul saat seseorang berusia 10-25 tahun. Sementara itu, gangguan tidur hipersomnia adalah gangguan tidur yang ditandai dengan rasa kantuk berlebih di pagi hari.

Untuk mengetahui perbedaannya secara mendalam, ada baiknya jika Anda mengetahui perbedaan gangguan tidur narkolepsi dan hipersomnia dari berbagai sisi penyebab, gejala, dan tahapan REM yang terjadi

  • Penyebab

Gangguan tidur narkolepsi belum diketahui penyebab pastinya, tetapi kemungkinan diakibatkan oleh penurunan protein pada otak yang mengatur siklus tidur yang disebut sebagai hipokretin.

Penurunan senyawa hipokretin dalam otak dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti sistem imun yang menyerang sel tubuh, mutasi gen, infeksi atau terpapar racun tertentu, dan stres.

Berbeda dengan gangguan tidur narkolepsi, penyebab gangguan tidur hipersomnia dibedakan menjadi dua, yaitu hipersomnia primer dan hipersomnia sekunder.

Pada hipersomnia primer, penyebabnya adalah karena adanya masalah pada kontrol siklus tidur. Sedangkan hipersomnia sekunder dapat diakibatkan oleh adanya kondisi medis tertentu yang memicu rasa lelah dan kurang tidur.

Beberapa kondisi tertentu yang dapat memicu hipersomnia sekunder adalah sleep apnea, cedera di kepala, konsumsi narkotika atau alkohol, fungsi tiroid yang rendah, dan sebagainya.

  • Gejala

Dari segi gejala, penderita gangguan tidur narkolepsi dapat mengalami rasa kantuk di pagi dan siang hari. Penderita gangguan tidur hipersomnia juga merasakan hal yang sama. Hanya saja, penderita hipersomnia masih dapat menahan rasa kantuk tersebut.

Meskipun penderita gangguan tidur hipersomnia masih dapat menahan rasa kantuk yang dialami, tetapi penderita akan merasa kelelahan sepanjang hari. Penderita hipersomnia juga mengalami kesulitan untuk terbangun setelah tertidur.

Saat tertidur, penderita gangguan tidur hipersomnia tidak akan merasa segar, tetapi penderita gangguan narkolepsi mungkin akan merasa lebih berenergi setelah tidur singkat.

Umumnya, penderita gangguan tidur hipersomnia akan mengalami rasa cemas dan gelisah, energi yang kurang, kesulitan untuk mengingat, menurunnya nafsu makan, serta kesulitan untuk berbicara atau berpikir.

Sementara penderita gangguan tidur narkolepsi dapat mengalami katapleksi atau pelemasan otot, halusinasi saat akan tertidur, dan sleep paralysis atau kelumpuhan saat tidur.

Pada kasus tertentu, penderita gangguan tidur narkolepsi juga dapat mengalami gangguan tidur lain, seperti insomnia, dan sebagainya.

  • Tahapan REM

Jika ditinjau melalui pemeriksaan polisomnografi, penderita narkolepsi akan memasuki tahapan REM sebanyak dua atau lebih. Hal ini karena penderita gangguan tidur narkolepsi masuk ke dalam tahapan REM lebih cepat dari orang normal lainnya.

Namun, saat diperiksa melalui polisomnograf, penderita gangguan tidur hipersomnia tidak akan terlihat memasuki tahapan REM.

Ganggguan tidur narkolepsi dapat diperiksa dengan cara polysomnogram, multiple sleep latency test, epworth sleepiness scale, spinal tap, actigraph, dan catatan pola tidur

Pemeriksaan gangguan tidur narkolepsi

Penyakit mudah tidur atau yang dikenal sebagai gangguan tidur narkolepsi masih dapat diperiksa dengan beberapa cara, yaitu:

  • Polysomnogram (PSG), pemeriksaan yang dilakukan dengan memasang elektroda pada kulit kepala penderita untuk memantau ritme dan detak jantung, pernapasan, pergerakan otot, aktivitas otak, serta pergerakan mata penderita
  • Multiple sleep latency test (MSLT), tes yang digunakan untuk melihat seberapa cepat penderita tertidur di pagi atau siang hari, serta seberapa cepat penderita memasuki tahapan REM
  • Epworth sleepiness scale (ESS), kuesioner singkat yang digunakan untuk mengetahui rasa kantuk yang dialami dan kapan saja penderita mengalami rasa kantuk tersebut
  • Lumbar puncture atau spinal tap, dokter akan mengambil sampel cairan serebrospinal penderita dari tulang belakang bagian bawah untuk memeriksa kadar hipokretin penderita
  • ActiGraph, alat berupa jam tangan yang digunakan untuk memantau bagaimana dan kapan penderita tertidur
  • Catatan mengenai pola tidur, dokter akan meminta penderita untuk mencatat pola tidurnya selama seminggu atau dua minggu, setelahnya dokter akan menganalisis pola tidur penderita

Berkonsultasi dengan dokter merupakan cara terbaik untuk mendapatkan pengobatan gangguan tidur narkolepsi atau hipersomnia

Penanganan gangguan tidur narkolepsi

Gangguan tidur narkolepsi belum ada pengobatannya, tetapi penderita gangguan tidur narkolepsi dapat diberikan obat-obatan tertentu untuk meringankan gejala yang dialami, misalnya pemberian antidepresan trisiklik untuk mengatasi katapleksi, halusinasi, dan sleep paralysis.

Selain pemberian obat-obatan untuk meringankan gejala, penderita narkolepsi dapat mengatur pola tidur, seperti tidur dan bangun pada jam yang sama setiap harinya, serta menjadwalkan tidur singkat di pagi atau siang hari selama 20 menit.

Pengubahan pola tidur juga dapat membantu penderita gangguan tidur narkolepsi sebagai cara mengatasi susah tidur atau cara cepat tidur untuk penderita yang kesulitan tidur di malam hari atau mengalami gangguan tidur insomnia.

Cara mengatasi susah tidur atau cara cepat tidur lainnya bagi penderita narkolepsi yang kesulitan tidur di malam hari adalah dengan menghindari konsumsi nikotin dan alkohol yang dapat memperparah gejala gangguan tidur narkolepsi.

Berolahraga saat empat atau lima jam sebelum tidur juga dapat menjadi cara mengatasi susah tidur atau cara cepat tidur bagi penderita gangguan tidur narkolepsi. Berolahraga dapat membantu penderita untuk tetap terbagun di pagi dan siang hari.

Bila Anda atau kerabat mengalami gejala gangguan tidur narkolepsi atau hipersomnia, segera konsultasikan ke dokter untuk diberikan pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.

Cari Artikel Lainnya