Home » Kongkow » Tahukah Kamu » Sikap yang Diambil Jika Salah Jurusan

Sikap yang Diambil Jika Salah Jurusan

- Jumat, 29 Juni 2018 | 16:45 WIB
Sikap yang Diambil Jika Salah Jurusan

Seorang mahasiswi Kedokteran di sebuah Perguruan Tinggi di Surabaya mengaku salah jurusan. Padahal si calon dokter tersebut telah memasuki semester tujuh dan sebentar lagi bakal Koas. IPKnya pun cukup bagus yaitu 3,4.

Ia bingung harus bagaimana menghadapi hal itu. Sementara ia tak mau berhenti kuliah.

“Kalau saya berhenti kuliah, masa depan saya bagaimana?” kata mahasiswi tersebut seperti yang diceritakan Wie Tjung Sudarma, HCGS Division Head PT Astra International Tbk dalam seminar Career Advocacy di Gedung Rektorat Universitas Parahyangan, Bandung, Jumat, (23/02/2018).

Cerita itu, Wie Tjung alami saat berdiskusi dengan para mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Wie Tjung heran, mahasiswi yang sudah menjalankan tujuh tahun kuliah dan ia tidak merasa apa-apa.

Dalam kesempatan itu, Wie Tjung menyarankan, agar mahasiswi yang menyukai bidang manajemen itu untuk menekuni bidang Manajemen yang berkaitan dengan Kedokteran.

“Lalu si mahasiswi mikir dan bilang, oh ya Pak, saya selesaikan dulu Fakultas Kedokteran saya. Kemudian kalau mau pindah ke Manajemen saya tinggal belajar lagi,” cerita Wie Tjung di hadapan mahasiswa Unpar di acara yang digelar Ilumni Fakultas Hukum tersebut.

Menurut pria yang telah menjalani bidang rekruitmen pegawai lebih dari 20 tahun ini, masalah tersebut terjadi, karena, ia tidak tahu maunya apa dan ingin menjadi apa. Padahal setiap orang tak bisa menjadi ahli di semua bidang.

“Itu yang harus Anda camkan,” kata Wie Tjung.

Untuk itu, Wie Tjung menyarankan agar, mereka mengenali dirinya sendiri baik-baik. Kemudian mencari tahu apa yang paling dirinya suka untuk dikerjakan.

Lulusan Psikologi Universitas Indonesia tahun 1985 ini mengaku, juga pernah salah jurusan. Ia ingin masuk ekonomi, tapi masuknya Psikologi. Namun rupanya setelah masuk, ia tahu hobinya adalah bicara.

“Kemudian, begitu saya masuk kesana, ternyata hobi saya ngomong atau bicara. Ketika saya tahu itu, saya mencoba menekuni ‘mulut’ saya sebagai modal,” ungkap Wie Tjung.

Jadi menurut Wie Tjung, ketika seseorang tahu apa yang disukai, ia juga harus tahu kemahirannya apa. Bila ia hanya menyukai sesuatu, namun tidak mahir dalam bidang itu, maka hasilnya tidak akan memuaskan.

“Contoh kasarnya adalah kalau Anda tukang becak jadilah tukang becak yang custumer servicenya baik. Begitu juga jadi ojek online. Dengan begitu, bila orang butuh, Anda akan dicari,” ungkap Wie Tjung.

Cari Artikel Lainnya